SUMSEL.NEWS – OKU TIMUR – Pasca pemberitaan ratusan hektar sawah terancam kekeringan. Dinas Pertanian OKU Timur turunkan petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) mendatangi lokasi lahan sawah yang mengalami kekeringan di Desa Cahya Negeri, Semendawai Suku III. kunjungan dilakukan sehari setelah pemberitaan, pada sabtu (13/6/2021) lalu.
Namum demikian, kunjungan belum ada kabar baik dan solusi yang diberikan kepada petani. Petugas hanya datang memoto atau mendokumentasikan lahan sawah yang sedang dilakukan pompanisasi air dengan pompa secara swadaya oleh petani.Sementara lahan yang kering tidak memiliki sumur bor tidak didokumentasikan.
“Ada yang datang, tapi nggak bilang apa-apa. Yang difoto-foto tempat pak kamto, disana ada sumur burnya. Harusnya yang kering (sawah) dan nggak ada sumur bur juga ikut difoto,” Kata Sumari, Warga Desa Margorejo, Kecamatan Semendawai Suku III, yang memiliki lahan di Desa Cahya Negeri. Minggu (13/6/2021).
Menurut Sumari, di Desa Cahya Negeri, dirinya menggarap lahan seluas setengah hektar. Lahan tersebut, merupakan milik orang lain yang digarap dengan sistem paroan (bagi hasil, hasil panen dikurangi seluruh biaya). Dimana penggarap lahanlah yang mengeluarkan biaya untuk pembajakan, perawatan sawah, dan termasuk bila kesulitan air biaya pemompaan air secara swadaya.
Lahan yang digarapnya tersebut dalam satu kali masa panen, mampu menghasilkan 15 pikul (satu setengah ton) beras.
Saat ditemui, sedang melakukan pemompaan air menggunakan pompa air secara swadaya (mandiri). Pemompaan air sawah sudah dilakukan selama dua hari. Yakni, sejak hari sabtu hingga minggu kemarin (13/6/2021).
Karena itulah satu-satunya solusi untuk mengantisipasi kekeringan. Ia menumpang disumur bor milik tetangga, dengan menggunakan selang diarahkan kesawahnya.
Dalam satu hari, seperti hari sabtu (12/6/2021) Kemarin. Ia memompa air dimulai dari Pukul 07.00 WIB hingga Pukul 19.30 WIB.
Membutuhkan delapan liter minyak dengan harga Rp 9.000 Perliter. Ada juga jasa pemompaan milik warga, dengan tarif Rp 25ribu perjam.
“Sangat berharap adanya pembangunan irigasi, sehinga tidak lagi kesulitan air saat menggarap sawah,” Harap Sumari.
Ditambahkan, Basori, merupakan anak bapak solakan, mengatakan mereka selama ini mengandalakn hujan dan air sungai kecil yang sekitar sawahnya. Kareana hujan tak kunjung turun, maka kami mengambil dari sungai kecil( yang sering mereka sebut sungai deras).
Sungai deras adalah sungai kecil, airnya berasal dari tumpahan dan pembuangan irigasi petani dari Desa Gunung Sugih dan Desa Taman Agung. Karena sumbernya hanya air tumpahan, maka airnya cepat habis.
Sebenarnya, upaya pembuatan sumur bor secara swadaya sudah dilakukan oleh mas Basori dan pak Solkan. Sudah puluhan kali, bahkan bekas pembuatan sumur bor masih ada, namun belum berhasil karena tidak ditemukan sumbernya.
“Kami sudah sekitar 50 kali bikin sumur bor tapi tidak ada yang jadi, karena tidak ada airnya,” jelasnya.
Komentar