Mengejar Mimpi di Tanah Gandhi

Sebuah mimpi anak petani untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri

Oleh I Made Wisnu Buana Lulusan Master Of Arts (M.A) University Of Hyderabad India, alamat email i.made.wisnu.buana@gmail.com

Kuliah di luar negeri merupakan impian besar bagi sebagian besar kalangan siswa. Mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita ketika berbicara kuliah di luar negeri adalah biaya. Biaya semester, biaya transportasi, biaya hidup, dll. Hal seperti ini yang membuat pemikiran sebagian orang untuk enggan memutuskan melanjutkan pendidikannya keluar negeri.

Bagi sebagian kalangan dari kelas menengah hingga atas mungkin permasalahan biaya bukan menjadi masalah besar, namun bagaimana dengan kalangan menengah kebawah yang mempunyai penghasilan pas-pasan, tentu hal ini menjadi challenges tersendiri bagi mereka yang punya motivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi terutama keluar negeri.

Namun di zaman sekarang, hal seperti itu bukanlah hal yang mustahil. Contoh saja salah satu pejuang pendidikan satu ini yang merupakan keturunan Wong Cilik dimana terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Terlahir di tengah-tengah lingkungan desa bukan menjadi halangan untuk dia bisa mengenyam pendidikan di luar negeri. Bapak ibunya bukanlah orang berpangkat, hanya lulusan Sekolah Menengah dan Sekolah Dasar dan pure berprofesi sebagai petani sebagai mata pencahariannya.

Namanya I Made Wisnu Buana, akrab dipanggil dengan nama Wisnu. Dia merupakan mahasiswa yang saat ini telah lulus dari salah satu universitas negeri terbaik di India dengan program Magister di jurusan Sosiologi. Wisnu bukanlah anak orang berpangkat, berduit atau anak kota, dia merupakan putra asli dari desa, Desa Karang Anyar, salah satu desa kecil di Sumatera Selatan. Tepatnya di Desa Karang Anyar, Kecamatan Semendawai Timur, Kabupaten OKU Timur. Pada tahun 2020, Wisnu diterima sebagai mahasiswa di University of Hyderabad, central university terbaik no 2 di India pada tahun tersebut. Selain itu, Wisnu juga diterima sebagai awardee dari program beasiswa pemerintah India, Indian Council for Cultural Relations (ICCR) Scholarship dengan pembiayaan secara penuh.

Program beasiswa ini mencakup biaya kuliah, biaya hidup (makan, tempat tinggal & uang saku), uang buku, asuransi Kesehatan dan uang jalan-jalan untuk menjelajahi India. Pembiayaan kuliah akan dibayarkan langsung ke universitas kita kuliah dan akan dibayarkan pada tiap semester, kemudian uang saku akan di transfer setiap bulan ke rekening masing-masing awardee, sedangkan uang buku akan di bayarkan selama dua kali saat masa study. Selainitu, beasiswa ini juga mencakup biaya Kesehatan dimana segala akses rumah sakit pemerintah bisa diakses secara gratis. Dan yang paling sangat keren di beasiswa ini adalah program holiday yang dibiayai langsung dari pemerintah india bagi para awardee ICCR dari berbagai negara di seluruh dunia untuk mengikuti liburan bersama selama 8 hingga 9 hari untuk mengenal lebih banyak tentang india dari mulai wisata, budaya, kerajinan hingga kuliner. Program ini diadakan dua kali setiap tahunnya yaitu pada musim panas dan musim dingin. Selain itu, program beasiswa ini juga membiayai kita untuk tempat tinggal. Biasanya akan di rekomendasikan tinggal di asrama internasional dalam kampus, namun jika mau stay di luarakan tetap di bayarkan. Segala fasilitas sudah disediakan oleh pemerintah, kita hanya bermodal membawa koper saja ke India.

Saat awal Wisnu datang ke India, dia sama sekali tidak menemukan hal-hal yang aneh seperti halnya diberitakan oleh media-media anti mainstream di media social Indonesia. Kebetulan Wisnu tinggal di pusat kota dengan urutan kota keempat terbesar di India, tepatnya di kota Hyderabad. Tempatnya nyaman, makanannya banyak macamnya, bersih dan higienis. Gedung-gedung menjulang tinggi, kota dengan teknologi tinggi di India. Hyderabad juga di juluki kotanya teknologi di India, banyak perusahaan-perusahaan teknologi besar dunia di dirikan disini seperti Google, Microsoft, Amazon dan lain-lain sebagainya. Prilaku masyarakatnya jarang menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran, toko-toko kecil, pedagang sayur di pasar sekalipun sudah menggunakan alat pembayaran elektronik. Banyak dari mereka sudah tidak menerima uang cash sebagai alat pembayaran.

Berbicara tentang pendidikan di India, system pendidikan di India mengadopsi system pendidikan seperti universitas-universitas di Eropa dan Amerika seperti Oxford University, Cambridge University dan Harvard University. System kurikulum juga banyak menyerap system kurikulum dari Inggris sebagai negara penjajahnya terdahulu. Hal inipun yang menjadi nilai plus dari negara ini dalam system pendidikan, misalnya dalam hal sumber belajar seperti buku. India merupakan surganya buku murah terbitan dari penerbit internasional yang terkenal. Perkuliahan di kampus, administrasi di lingkungan pemerintah juga menggunakan Bahasa inggris sebagai Bahasa pengantar.

System penilaiannya menggunakan system penugasan dan ujian. Akan ada 2 ujian internal, 1 kali penugasan dan 1 kali End Semester Exam. System ujiannya sedikit berbeda dengan Indonesia. Di India, semakin anda banyak bisa menulis maka semakin bagus nilai anda. Artinya saat ujian, harus banyak-banyak bisa menulis. Saat ujian berlangsung, pengawasan sangat ketat. Bahkan bisa dibantu dengan bantuan CCTV. Biasanya tiap professor akan membawa minimal 2 asisten untuk memantau keliling kelas sambil membawa kertas jawaban tambahan (Marksheet). 1 marksheet terdiri dari 15 halaman seukuran kertas A4, jika full menulis 15 halaman tersebut maka nanti bisa menambah beberapa marksheet lagi, hal inilah pentingnya pengawas yang membawa kertas jawaban tambahan. System ujian merupakan full menggunakan system essay dimana ada bagian Pendahuluan, Inti dan Kesimpulan. Waktu yang diberikan saat ujian internal bervariasi, umumnya 2 jam, namun saat ujian end semester exam akan diberikan waktu 3 jam dan disediakan air minum juga.

Selain system ujiannya yang membuat wisnu shock saat berkuliah di India, wisnu juga mengalami shock saatbelajar di kelas. Mereka kebanyakan berpenampilan sederhana, tidak seperti kita yang harus berpenampilan rapi dan tampil kece. Disana mereka jarang sekali wisnu lihat menggunakan sepatu sebagai alas kaki, bahkan saat kelas pertama diantara 50 ansiswa, hanya wisnu saja yang menggunakan sepatu. Pakaian cukup bebas di India, ada yang menggunakan pakaian terbuka, kaos oblong, kaos bola, celana pendek, celana bola, sendal jepit dan lain-lain. Hal ini yang membuat wisnu shock saat mengenyam pendidikan disana, secara dia terbiasa tampil rapi dari sekolah SD dan tiba-tiba melihat budaya yang baru bagi dia.

Selain system pendidikannya, India juga terkenal dengan kulinernya. Apalagi wisnu tinggal di surganya kuliner di India yaitu di kota Hyderabad. Hyderabad sendiri sangat terkenal dengan Biryani-nya, yang terkenal seantero jagad di India. Mengenai soal makanan, India terkenal jorok mata orang-orang Indonesia, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Perlu diketahui India juga terbagi menjadi banyak negara bagian sehingga setiap negara bagian mempunyai budaya, Bahasa, adatnya sendiri. Di kota-kota besar seperti halnya di Hyderabad sama sekali wisnu tidak menemukan hal-hal seperti yang beredar pada media-media social, bahkan yang wisnu temui adalah makanan-makanan yang higienis dan tentunya harganya yang lumayan mahal. Sekali makan paling murah yaitu 100 Rupee atau sekitar 20.000 Rupiah. Jadi, tidak semua daerah di India mempunyai budaya yang kumuh seperti halnya di media anti mainstream di Indonesia. Selain makanan, hal yang sangat wisnu sukai dari India adalah negaranya benar-benar hidup. Kita akan sangat mudah menemukan orang disetiap sudut tempat di India. Mereka juga sangat ramah dengan orang asing. Bahkan Wisnu sendiri mempunyai orang tua angkat disana tepatnya di kota Agra yang menyayanginya seperti halnya anaknya sendiri. Bagi Wisnu, India merupakan rumah sekaligus tempat yang tepat baginya untuk menimba ilmu selama pendidikan Magisternya.

Komentar