Oleh M. Anwar Nurkholis, M. Pd. Merupakan Dosen STEBIS Darussalam Tugumulyo OKI
VIRUS corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (sars-cov-2) atau yang sering ternginag ditelinga kita dengan sebutan covid 19, semenjak kemunculannya pertama kali di Provinsi Wuhan Cina, membuat perubahan besar terhadap kebiasaan manusia secara universal. Kebiasaan baru yang belum terbiasa dilakukan menuntut manusia bertindak dengan aturan-aturan protokoler kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, dan menjaga jarak. Kebiasaan baru ini sangat sulit sekali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena kita belum terbiasa dengan aturan tersebut. Bukan hanya itu semua lini terkoyak tercabik-cabik oleh covid 19, pergerakan perekonomian perlahan-lahan merosot, semua anggaran dilarikan atau difokuskan untuk penangan covid 19, acara resepsi atau hajatan yang biasanya dibuat meriah kini harus dibatasi bahkan ada yang tidak boleh dilaksanakan, bahkan dunia pendidikan tak luput dari covid 19. Banyak lini-lini kehidupan yang berubah dan kesennya memang harus merubah dari yang tidak biasa menjadi harus dibiasakan, sulit memang namun hal ini jadi tuntutan dari pemerintah untuk mencegah penyebaran luas covid 19.
Dari sekian banyaknya lini tersebut, saya konsentrasikan pada lini pendidikan, kenapa lini ini saya pilih karena lini pendidikan merupakan pondasi utama generasi bangsa. Corona banyak merubah wajah sekolah, sekolah yang biasanya kita lihat ramai dengan canda tawa anak-anak dan guru, gurauan siswa dengan siswa, nyanyian anak-anak yang melantunkan lagu-lagu nasional serta hafalan anak ketika di kelas ataupun diluar kelas serta anak-anak yang berlari-larian di halaman sekolah, kini hanya tinggal cerita dan kenangan. Kita tak tahu sampai kapan iklim ini berlangsung. Siapa yang patut kita salahkan….? Tidak ada yang dapat kita salahkan, hanya intropeksi diri mengingat akan kebesaran Sang penciptalah yang akan membuat kita sadar akan hal ini.
Corona seolah mengajarkan kita untuk memulai kebiasan atau bahkan kebudayaan, hal ini mau tak mau harus kita lakukan. Banyak anak-anak yang mengeluh akan sekolah Daring begitu istilah di era covid 19. Ribuan anak bahkan jutuaan anak mengeluhkan pembelajaran saat ini, begitu juga dengan guru tak ada yang tak mengelus dada menghadapi pembelajaran di musim pandemi covid 19 ini. Gedung-gedung sekolah dari yang megah hingga yang sederhana kini hampa tiada penghuninya, hanya nyanyian hewan-hewan kecil yang menunggu gedung-gedung sekolah saat ini. Wali siswa pun tak kalah mengeluhnya dengan pembelajaran di era pandemi saat ini. Wali harus menambah anggaran untuk pendidikan bagiamana tidak, pembelajaran daring menuntut anak-anak untuk mempunyai alat komunikasi android yang harganya tidak murah, beban orang tua tidak sampai di situ saja android saja tak bisa untuk sarana pembelajaran daring harus ada paket atau pulsa paket internet agar android bisa digunakan terkoneksi dengan internet.
Apakah beban orang tua sudah selesai ternyata…..? jawabnya belum. Banyak orang tua yang mengeluh anak-anak mereka dipegangi android yang awalnya sebagai fasilitas belajar ternyata oleh anak-anak lebih banyak digunakan untuk mengakses hal lain berupa game online yang istilah gaulnya disebut mabar. Tak sampai di sini orang tua masih terbebani dengan tugas-tugas anak-anaknya. Dari tugas bahasa Indonesia, Matematika, IPS sampai bahasa Inggris yang orang tua tak dapat mengerjakan itu. Orang dipaksa untuk juga menjadi guru di rumah bagi anak-anak mereka.
Banyak sekali kelemahan pembelajaran di era pandemi covid 19 ini, apalagi anak-anak yang berada di pedesaan pedalaman yang akses internetnya susah bahkan tidak ada akses internet. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bersama. Sabar dan sabar dan selalu mentaati protokoler kesehatan serta berdoa agar pandemi cepat berlalu. Pemerintah juga sudah banyak berjuang bagaimana mengatasi pandemi ini, kebijakan-kebijakan baru dituangkan dan kita bisa berharap besar dengan vaksin yang telah ditemukan semoga vaksin tersebut nantinya dapat mengatasi pandemi covid 19 saat ini.
Sebagai manusia yang beriaman kita harus tetap optimis dan senantiasa berdoa kepada Yang Maha Kuasa semoga pandemi ini cepat berlalu dan dapat menjalani hidup dengan normal seperti biasa. Kita kembali dapat melihat tawa anak-anak, nyanyian anak-anak, anak-anak yang bermain ceria di halaman sekolahnya. Hanya berserah diri kepada-Nya dan tidak berputus asalah yang menjadi obat ampuh menghadapi pandemi saat ini. Percayalah Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan menimpakan sesuatu beban kepada hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.
Komentar